It's Yours

I just wanna talk what I want to talk.
There's no big idea down, But hope the simple thought will be a great simplicity.

Wednesday 17 April 2013

Analisis Artikel dengan sistemic functional grammar


Laporan Hasil Analisis Dari Teks
Suso: My life in LFC's first team

Ita Juita
Nim: 2010041117
Tlp. 085724123990
Universitas Kuningan


Pendahuluan

          Makalah ini melaporkan hasil analisis metafunction pada sebuah teks berjudul “Suso: My life in LFC's first team” yang diunduh dari situs Liverpoolfc.com pada tanggal 2 November 2012. Proses analisis teks dilakukan dengan cara mengkaji lexicogrammar melalui sistem metafunction yang terdiri dari ideational, interpersonal dan textual (Halliday, 2004). Kegiatan ini diyakini akan membantu pelajar untuk menjadi pembaca yang lebih baik (Bumela,L, 2011). Dengan cara demikian, pembaca mampu mengungkapkan: (1) context of ideas, (2) context of culture (genre),  dan (3) context of situation (register), yang terdiri dari field of discourse (ideational meaning), tenor of discourse (interpersonal meaning), dan mode of discourse (textual meaning).
Ideational metafunction merupakan ranah analisis yang mengkaji kegiatan yang sedang berlangsung. Ideational metafunction direalisasikan melalui sistem grammatical yang disebut transitifity sistem. Transitivity system - sistem yang berhubungan dengan variabel pertama context of situation (register) yang disebut field - terdiri dari tiga elemen yakni participant, process type, dan circumstances. Participant merupakan nama-nama yang spesifik dan mewakili satu individu (Gerot dan Wignell : 1994,18). Process type atau predicative mengacu kepada kata kerja yang terdapat dalam teks baik material, mental, verbal, behavioral, relational maupun existential process. Sedangkan circumstances merupakan keterangan-keterangan berupa tempat, waktu, cara dan lain sebagainya yang dapat diletakan di awal, tengah atau akhir kalimat.
Eggins (1994) menjelaskan bahwa interpersonal metafunction merupakan makna yang mengungkapkan sikap-sikap penulis atau pembicara. Kemunculan makna sikap tersebut dipengaruhi oleh variabel tenor, hubungan sosial antara interaksi yang terkandung didalamnya. Selain itu tenor merujuk pada status atau power, peranan interaksi dan berbagai pengaruh yang saling berkaitan dalam sebuah teks (Gerot dan Wignell : 1994, 11).
Textual metafunction mengungkapkan hubungan bahasa terhadap lingkungannya, termasuk lingkungan verbal – apa yang diucapkan atau ditulis sebelumnya (co-text)- dan non-verbal (lingkungan situasianal/context). Makna-makna ini dihubungkan dengan theme dan cohesion. Makna textual sangat dipengaruhi oleh mode of discourse, jalan pengantar pesan apakah melalui bentuk tertulis ataukah lisan.
Dalam proses analisis ini, perlu melewati tiga tahap utama guna memperoleh hasil penganalisisan yang bermakna. Tahapan tersebut meliputi context of ideas, context of culture (genre) dan context of situation (register).
1.         Context of ideas
Teks yang diunduh dari situs Liverpoolfc.com pada tanggal 2 November 2012 dengan judul “Suso : my life in LFC’s first team” diunggah oleh James_Carroll84, menginformasikan menganai perjalanan karir pesepak bola yang bernama Jesus Fernandez Saez. Jesus Fernandez Saez atau lebih dikenal dengan nama Suso, pada usianya yang ke-18, kini mendapatkan kepercayaan dari Brendan Rodgers, bosnya di Liverpoolfc untuk memulai karirnya dengan diposisikan sebagai pemain utama. Sebelumnya, Suso hanya berada pada posisi cadangan saja. Suso menyatakan bahwa ia sangat senang mendapatkan kesempatan tersebut. Selain itu Suso juga menyatakan bahwa kerja kerasnya saat ini adalah salah satu bentuk terimakasih yang bisa ia berikan kepada semua yang telah mendukung karirnya selama ini terutama kepada bosnya.
James Carrol sang penulis memposisikan dirinya dalam posisi yang netral atau tidak dalam posisi mempengaruhi pembaca. Hal tersebut dapat terlihat dari beberapa alasan sebagai berikut: (1) Teks tersebut merupakan teks yang berbentuk descriptive atau taks yang menggambarkan seseorang atau sesuatu secara objektif dan dapat dikuatkan dengan data yang diperoleh dari hasil analisis berupa persentase declarative yang mencapai 100%. Declarative merupan jenis teks yang berfungsi memberikan informasi dan bukan untuk mempengaruhi, sebagaimana arti declarative itu sendiri memiliki arti bahwa “declaration is an official written statement giving information”(Oxford Advanced Learner’s Dictionary : 2000). (2) Kemunculan modal finite yang sedikit menunjukan bahwa penulis tidak mengkontribusikan posisinya dalam teks tersebut, hal tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Jenis Finite
Occurence
Total
Percentage
modal Finite
9
102
8,8%
Tabel1.1
(3) Kemunculan finite present yang cukup besar dari teks mengindikasikan bahwa teks tersebut dikutip secara langsung melalui wawancara, oleh sebab itu penulis tidak memiliki kekuasaan untuk membumbui atau memanipulasi data pada teks tersebut, maka  jadilah sebuah teks yang menginformasikan suatu penomena secara alami dan besifat informatif.
2. Context of culture (genre)
      Teks dengan judul “Suso : my life in LFC’s first team” dikontruksikan dalam bentuk mood type declarative.  Declarative merupkan suatu pernyataan formal atau sebuah pernyataan lisan maupun tulisan terutama mengenai perasaan atau kepercayaan seseorang (Oxford Advanced Learner). Hal ini mengindikasikan bahwa teks dikategorikan kedalam genre descriptive.
       Sebagaimana teks descriptive pada umumnya, teks yang mengulas sepak terjang pesepak bola ini tersusun dengan diawali orientation dan diakhiri dengan description yakni penggambaran menyaluruh mengenai karir, perasaan dan tekad yang ada pada diri Jesus Fernandes saez.
    Pengemasan teks yang sederhana, baik dalam pemilihan kata dan susunan grammar membuat teks tersebut mudah dipahami dan dicerna sehingga informasi yang hendak disampaikan mampu terbaca secara makna dengan baik oleh pembaca.
3.Contex of situation
Penghasilan makna dari suatu teks yang dihasilkan oleh pembaca dipengaruhi oleh konteks situasi dan budaya yang ada. Kajian dalam konteks situasi berfokus pada gagasan metafunction yakni ideational, interpersonal dan textual.

a.    Ideational
Secara singkat taks “Suso : My life in LFC’s first team”  menginformasikan mengenai perjalanan karir Jesus Fernandez Saez, 18 tahun. Kini mendapatkan kepercayaan dari Brendan Rodgers, boss dari Liverpollfc untuk memulai karirnya dengan mendapat kesempatan menjadi  pemain utama, sedangkan sebelumnya Suso hanya berada diposisi cadangan saja. Suso menyatakan bahwa ia sangatlah senang mendapatkan kesempatan tersebut. Ia pun menyatakan bahwa kerja kerasnya saat ini adalah salah satu bentuk terimakasih yang ia berikan. Meskipun sekarang Suso menjadi pemain yang cukup terkenal tapi ia menyatakan bahwa akan seprti ia sebelumnya. Dengan bergabungnya Suso, ia telah membantu membawa Liverpool menjadi team yang memiliki pemain rata-rata berusia muda dalam Barclays Premier League dan diikuti dengan lahirnya berjuta fans yang mendukung dan memprediksikan team tersebut akan sangat berjaya dimasa mendatang.
Tahapan pertama dalam proses ideational ini merupakan analisis mengenai kemunculan participant yang berperan dalam teks tersebut. Adapun tabel kemunculan perticipant berikut ini,
No
Participants
Occurence
Percentage
1
Jesus Fernandes Saez (Suso)
70
51,85%
2
Brenden Rodgers (the boss)
14
10,37%
3
The Spaniard
2
1,62%
4
Fans
3
2,22%
5
Pundit
1
0,74%
6
Steven Gerrard and Luis Suarez
4
2,29%
7
Andre Wisdom and Raheem sterling
4
2,29%
8
Non human
27
27,55%
TOTAL
125
100%
Tabel 1.2

Dari tabel di atas, dengan jelas diketahui bahwa Suso mengalami kemunculan terbanyak dibandingkan participant lainnya. Persentase Jesus Fernandes Saez yang mencapai 51,85% ini mengindikasikan bahwa Suso yang menjadi topik utama dari teks terkait. Hal lain yang menggambarkan Suso merupakan topik utama dari teks tersebut tergambar jelas dari judul dan banyaknya pernyataan langsung yang dikutip dari ujaran Suso itu sendiri.
Participant berikutnya yang memiliki persentase cukup banyak yaitu sekitar 10,37% diduduki oleh Brenden Rodgers yang merupakan boss dari Liverpollfc. Hal tersebut mencerminkan bahwa Brenden Rodgers cukup berpengaruh terhadap Suso yang menjadi participan utama dalam teks tersebut. Participan lainnya yang memiliki kaitan yang cukup erat dan berpengaruh adalah Fans, 2,22%.
Tahap analisis ketiga dalam gagasan metafunction ini adalah process type. Proses ini merupakan bagian sentral yang menduduki sistem transitivity. process type menjelaskan perbedaan kejadian-kejadian yang dikonstruksi oleh penulis. Setiap proses direalisasikan oleh kata kerja yang digunakan dalam setiap klausa (Halliday: 2004). Process type atau Predicative ini terbagi kepada empat macam : (1) material process, proses dalam melakukan sesuatu secara fisik, dilakukan oleh seseorang (actor) terhadap seseorang atau sesuatu lainnya (goal), (2) behavioral process, menggambarkan kebiasaan fisiologis dan psikologis, participant dalam proses ini disebut behaver, (3) mental process, proses pengindraan, baik melalui panca indra secara langsung ataupun dengan melalui perasaan dan pemikiran. Participant yang berperan dalam dalam proses ini disebut senser  sedang objek pengindraan disebut dengan phenomenon, (4) verbal precess, proses pengungkapan pesan secara lisan dan biasanya ditandai oleh simbol ungkapan, misalnya say, conclude, argue dan lain sebagainya. Dalam proses iti terdapat receiver (objek verbalisasi), verbiage/range (verbialisasi sendiri), target (objek penderita), (5) relational process, proses kepemilikan. Proses ini diklasifikasikan berdasarkan fungsinya, apabila ditunjukan untuk menggambarkan sesuatu maka disebut attributive ( participant berupa carrier dan attribute) sedangkan apabila menunjukan suatu kualitas sesuatu maka disebut dengan identifying (participant  berupa token dan value), (6) existential, proses yang menunjukan keberadaan sesuatu, ditandai dengan penggunaan kata penunjuk, misalnya there is, that is, there are, dan lain sebagainya.
Data mengenai hasil analisis process type yang diperoleh dari teks “Suso : my life in LFC’s first team” dapat dilihat dari tabel dibawah ini:

No
Process Type
Occurence
Percentage
1
Material Process
44
31,43%
2
Behavioral Process
8
5,71%
3
Mental Process
20
14,29%
4
Verbal Process
14
10%
5
Relational Process
53
37,86%
6
Exixtential Process
1
0,71%
TOTAL
140
100%
Tabel 1.3

Jenis proses yang paling banyak muncul yaitu relational process dengan persentase 37,86%. Penomena tersebut disebabkan perlunya penjelasan dan pengidentifikasian participan yang terlibat dalam teks. Persentase terbanyak kedua dengan persentase 31,43% dimiliki oleh material process guna menjelaskan tindakan atau perbuatan yang dilakukan oleh participan-participan yang ada. Mental process dengan 14,29% mengindikasikan kehadiran-kehadiran perasaan, pengindraan dan pemikiran dari participant. Banyaknya verbal proses menunjukan bahwa teks tersebut banyak diambil dari mengutip pernyataan langsung dari participant yang terkait dalam teks.
Elemen ketiga dari ideational ini adalah circumstances. Garot dan Wignel menerangkan jenis-jenis circumstance yang terbagi kepada tujuh bagian : (1) circumstances of time (temporal) menceritakan mengenai waktu atau kapan sesuatu terjadi, seberapa lama dan seberapa sering, (2) circumstances of place, keterangan yang menjelaskan mengenai waktu, (3) circumstances of manner, menjelaskan mengenai bagaimana seseorang melakukan sesuatu, (4) circumstances of clause, menerangkan alasan terjadinya  suatu kejadian serta memberikan informasi tentang sebab terjadinya suatu kejadian, (5) circumstances of accompaniment,  menerangkan keikut sertaan seseorang dalam melakukan suatu hal, (6) circumstances of manner, menginformasikan tentang bagaimana seseorang melakukan sesuatu, (7) circumstances of role, penggambaran mengenai bagai mana peranan seseorang dalam melakukan sesuatu.
Kemunculan jenis-jenis circumstances dan persentasenya dapat dilihat dari tabel dibawah ini :
No
Circumstances
Occurrence
Percentage
1
The use of Circumstances of time
18
25%
2
The use of Circumstances of place
32
44,44%
3
The use of Circumstances of manner
8
11,11%
4
The use of Circumstances of cause
5
6,94%
5
The use of Circumstances of accompaniment
5
6,94%
6
The use of Circumstances of matter
2
2,78%
7
The use of Circumstances of role
2
2,78%
Total
72
100%
Tabel 1.4

Dari tabel diatas, kemunculan circumstances of place menduduki angka terbanyak dengan persentase 44,44%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa participant yang ada memiliki kaitan yang erat dengan suatu tempat dan banyaknya pernyataan yang memerlukan informasi berupa keterangan tempat. Penggunaan circumstances of time mencapai 25% yang menandakan bahwa keterangan waktu banyak dimunculkan dalam teks mengenai Suso tersebut, sehingga runut kejadian-kejadian yang ada jelas keterangan waktunya. Circumstances of manner yang menerangkan mengenai cara  dan menjelaskan tentang kejadian apa yang terjadi menduduki persentase 11,11%. Sedangkan circumstances of cause 6,94%, accompaniment 6,94%, manner 2,78% dan circumstances of role 2,78% kemunculannya tidak terlalu penting untuk memperkuat teks tersebut.
Maka dapat disimpulkan bahwa dalam teks “Suso : My life in LFC’s first team” kemunculan participan Suso, relational process dan circumstances of place menunjukan bahwa keterlibatan Suso sangatlah dominan dalam setiap event yang ada dalam teks dan peristiwa-peristiwa tersebut berkaotan erat dengan suatu atau beberapa tempat, misalnya Suso berada pada team apa, dimana ia biasa berlatih, dimana Suso dilahirkan dan lain sebagainya.

b.      Interpersonal Metafunction
Teks “Suso : My life in LFC’s first team”  dikategorikan dalam bentuk mood declarative dengan keragaman pada setiap klausanya. Tabel declarative  dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
No
Jenis kalimat
Occurence
Percentage
1
Declarative
140
100%
2
Imperative
-
-
3
Introgative
-
-
Tabel 1.5

Text mengenai Suso ini memiliki mood type declarative secara keseluruhan karena memang memiliki presentase 100% declarative. Declarative itu sendiri merupakan tipe atau jenis yang paling penting. Dan tipe inilah yang paling sering digunakan dalam penulisan teks, dari pada tiga jenis tipe kalimat yang lain (Interogatif, imperatif dan esklamatif). Kalimat deklaratif secara mudah menyatakan fakta atau argumen, menyatakan gagasan tanpa meminta jawaban atau tindakan dari pembaca. Tipe kalimat ini tidak memberi perintah atau permintaan dan tidak juga menanyakan sesuatu hal. Jenis ini adalah jenis yang paling mudah dan sederhana karena subyek dan predikatnya memiliki urutan kata yang normal. Hal tersebut juga lagi-lagi dapat menunjukan posisi penulis yang bersikap netral.
Dalam mood declarative sesalu memiliki polarity yang pada umumnya positif dan negatif pada setiap klausanya. Tabel polarity dapat dilihat pada tabel berikutnya :



No
Polaruty
Occurence
Percentage
1
Positive
131
93,57%
2
Negative
9
6,43%
TOTAL
140
100%
Tabel 1.6

Informasi yang dapat dibaca dari tabel di atas menunjukan penulis banyak menyampaikan informasi dalam bentuk deklaratif atau kalimat positif dengan persentase 93,57% dibandingkan kalimat negatif yang hanya memiliki persentase 6,43%.
            Teks “Suso : My life in LFC’s first team”    131 klausanya disampaikan dalam bentuk deicticity temporal (finite tense) sementara deicticity modality hanya muncul dalam 9 klausa saja. Berikut tabel persentase deicticity :
No
Deicticity
Occurence
Percentage
1
Temporal
131
93,57%
2
Modality
9
6,43%
TOTAL
140
100%
Tabel 1.7

            Rendahnya persentase modality yang tergambar pada tabel 1.7 di atas mengindikasinya rendahnya pengaruh penulis dalam teks tersebut. Hal ini dipengaruhi pula dengan cukup banyaknya pernyataan yang dikutip secara langsung dari penuturan participant yang ada dalam teks tersebut.
            Sembilan klausa yang menempati deicticity modal terbagi lagi dalam tiga bentuk yaitu, finite probability, obligation dan ability. Adapun data yang diperoleh sebagai berikut:
No
Modal Finite
Occurence
Percentage
1
Probability
-
-
2
Obligation
5
55,56%
3
Ability
4
44,44%
TOTAL
9
100%
Tabel 1.8
Modal finite obligation muncul dalam 5 klausa dengan persentase 55,56%, sedangkan modal finite ability muncul dalam 4 klausa dengan persentase 44,44%
            Lalu dalam proses deicticity temporal atau finite tense terbagi lagi menjadi tiga jenis tenses  yaitu,  present tense, future tense dan past tense.
No
Tense Finite
Occurence
Percentage
1
Present tense
107
81,68%
2
Past tense
21
16,03%
3
Future tense
3
2,29%
TOTAL
131
100%
Tabel 1.9

            Jenis present tense mencapai 81,68% dan merupakan tense finite terbanyak yang sering muncul dalam teks. Hal ini menggambarkan bahwa genre teks yang dianalisis dapat dikategorikan dalam  genre descriptive. Kembali kepada tujuan teks itu sendiri, teks yang diunduh dari situs internet Liverpoolfc.com ini berfungsi menggambarkan proses perjalanan karir Jesus Fenandes Saez ,segala aktivitas dan karakternya sebelum dan sesudah terkenal seperti sekarang ini.
            Banyaknya participant dalam teks dapat dikategorikan kepada speaker, speaker+, addressee, dan non-interactant. Subject participant non-interactant dalam teks mengenai pesepak bola Suso memperoleh angka paling besar yaitu mencapai persentase 76,43% diikuti oleh speaker ysebesar 20,17%, adressee 2,14% dan Speaker + yang hanya memiliki persentase 0,71%. Berikut tabel repersentasinya :
No
Subject Person
Occurence
Percentage
1
Speaker
29
20,7%
2
Speaker+
1
0,7%
3
Addressee
3
2,1%
4
Non-interactant
107
76,4%
TOTAL
140
100%
Tabel 2.0
           
            Dalam teks “Suso: My life in LFC’s first team” menghadirkan circumstancial adjunct dan comment adjunct.  Diketahui bahwa circumstancial adjunct memiliki persentase 87,93%, dan 12,07%  berupa comment adjunct. Tabel representasi terkait dapat dilihat dari tabel selanjutnya :

No
Type of adjunct
Occurrence
Percentage
1
Circumstancial adjunct
51
87,93%
2
Comment adjunct
7
12,07%
3
Conjunctive adjunct
-
-
TOTAL
58
100%
Tabel 2.1

            Berdasarkan analisis yang diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan teks “Suso: My life in LFC’s first team” dikategorikan kedalam genre descriptive yang mempunyai tujuan berupa menggambarkan mengenai perjalanan karir dan berbagai usaha yang dilakukan oleh Jesus Fernandes Saez di dalam team Liverpollfc. Hal tersebut dapat dilihat dari jenis polarity yang muncul. Polarity paling dominan atau bahkan hamir sebagian besar yang muncul berupa polarity positif. Selain itu penulis menggambarkan berbagai macam kejadian sebagian besar menggunakan deicticity temporal. Modal finite present lebih banyak muncul dibandingkan modal finite lainnya guna menggambarkan dan membangun teks dengan genre descriptive dan teks tersebut memang banyak diambil dari kutipan langsung participant terkait. Jenis subject person yang paling banyak muncul berupa non-interactant. Lalu jenis adjunct yang paling banyak digunakan yaitu jenis circumstancial adjunct.

c. Textual
Dalam konteks textual atau tematic structure di dalamnya mengkaji mengenai theme dan rheme. Terdapat tiga bagian yang tergolong kepada theme yaitu topical (ideational), textual dan interpersonal. Untuk mempermudah dalam penganalisisan dalam tahap textual ini salah satunya adalah mengetahui apa yang menjadi syarat topical theme, dimana topical adalah point penting dalam penganalisisan ini. Dalam buku AN INTRODUCTION FUNCTIONAL GRAMMAR (M. A. K. HALLIDAY : 2004:79) mengtakan bahwa “We refer to this constituent, in its texttual function, as the topical theme”. Yang artinya bahwa topical theme adalah pokok dari fungsi tekstual dan memiliki ciri-ciri yaitu muncul di awal clausa, menduduki satu fungsi transitifity (participant, process dan circumstance, selain itu memiliki ciri-ciri memiliki karakteristik berupa sesuatu yang ditonjolkan pada clausa yang bersangkutan).

            Dalam teks “Suso: My life in LFC’s first team” diketahuai bahwa textual team dipersentasikan sebanyak 13,68%, sedangkan topical team muncul lebih banyak dengan persentase sebesar 86,32%. Kemunculan theme dalam teks mengindikasikan paradigma seorang penulis atau pembicara. Persentase jenis-jenis theme yang terdapat dalam teks bisa dilihat dibawah ini :
No
Type of Themes
Occurence
Percentage
1
Topical
101
86,2%
2
Interpersonal
-
-
3
Textual
16
13,68%
TOTAL
117
100%
Tabel 2.2

            Dalam Teks “Suso: My life in LFC’s first team” terdapat textual theme jenis continuatives, conjunctives dan structural. Gerot dan Wegnel (1994) dalam bukunya making sense of functional grammar mengemukakan bahwa continuative selalu muncul di awal klausa atau kalimat. Data yang diperoleh dari proses analisis memperlihatkan bahwa conjunctives muncul sebanyak 10 kali dengan persentase 19,6%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa penulis membutuhkan kata sambung pada setiap perpindahan paragraf agar teks tidak terlihat rumpang dan menghasislkan teks yang cohesion. Kemudian conjuctunctive adjuncts (sama halnya seperti kata sambung namun memiliki posisi yang bisa dibalik atau si kata penghubung tersebut bisa diletakan dimana saja) memiliki persentase sebanyak 3,9 % dengan 2 kali kemunculan, sedangkan conjuction atau structural (kata sambung yang memiliki posisi relatif tetap atau tidak bisa dipindah-pindah layaknya conjunctive  adjuncts), muncul sebanyak 39 kali atau 76,4% hal tersebut menggambarkan bahwa penulis bertujuan membentuk kalimat efektive. Kalimat efektif itu sendiri  yaitu kalimat yang koherens, yaitu adanya hubungan timbal-balik yang baik dan jelas antara unsur-unsur ( kata atau kelompok kata ) yang membentuk kata itu. Setiap bahasa memiliki kaidah-kaidah tersendiri bagaimana mengurutkan gagasan tersebut. Ada bagian-bagian kalimat yang memiliki hubungan yang lebih erat sehingga tidak boleh dipisahkan, ada yang lebih renggang kedudukannya sehingga boleh ditempatkan dimana saja, asal jangan disisipkan antara kata-kata atau kelompok-kelompok kata yang rapat hubungannya. Text mengenai Suso memiliki tingkat koherensi yang cukup tinggi karena:
a). Tempat kata dalam kalimat sesuai dengan pola kalimat.
b). Ketepatan menggunakan kata-kata depan, kata penghubung, dan sebagainya.
c). Pemakaian kata, baik karena merangkaikan dua kata yang maknanya tidak tumpang tidih, atau hakekatnya mengandung kontradiksi.
d). Benar dalam menempatkan keterangan aspek (sudah, telah., akan, belum, dan sebagainya) pada kata kerja tanggap.
Adapun tabel persentasenya :
No
Type of Textual Theme
Occurence
Percentage
1
Continuatuve
10
19,6%
2
Conjunctive
2
3,9%
3
Conjuction (Structural)
39
76,4%
TOTAL
51
100%
Tabel 2.3

Jenis-jenis topical theme terbagi kepada empat bagian yaitu marked topical theme (Susunan kalimat yang tidak biasa atau tidak umum)  yang muncul sebesa 7,4%, unmarked topical theme (kalimat dengan susunan biasa dan tidak hendak menonjolkan sesuatu) sebesar 77,7%, more marked (kalimat yang tidak biasa dan cukup rumit)  mendapatkan presentase sebesar 14,8% dan yang terakhir extremely marked (Kalimat yang sangt rumit dan susunannya sangan tidak biasa) yang tidak ditemukan dalam teks sehingga persentasenya sebanyak 0%. Berikut tabel type of topical theme :
No
Type of Topical Themes
Occurrence
Percentage
1
Marked Topical Themes
10
7,4%
2
Unmarked Topical Themes
105
77,7%
3
More Maked Topical Themes
20
14,8%
4
Extremely Maked Topical Themes
-
-
TOTAL
135
100%
Tabel 2.4
Jenis-jenis unmarked yang muncul dalam teks, berupa nominal group as theme yang muncul sebanyak 71 kali atau 75,53%, nominal group complex as theme yang muncul sebanyak 21 kali atau 22,34%  dan embedded clause muncul 2 kali dengan persentase 2,13%. Berikut persentasenya :

No
Type of unmarked topical theme
Occurrence
Percentage
1
nominal group as theme
71
75,53%
2
nominal group complex as theme
21
22,34%
3
embedded clause
2
2,13%
TOTAL
94
100%
Tabel 2.5
Adapun jenis-jenis marked topical theme berupa adverbial as theme, prepositional phrase as theme dan complement as theme. Dengan data yang diperoleh terdapat pada tabel berikut:
No
Type of marked topical theme
Occurrence
Percentage
1
adverbial as theme
5
71,43%
2
prepositional phrase as theme
-
-
3
complement as theme
2
28,57%
TOTAL
7
100%
Tabel 2.6
Dari data diatas diperoleh bahwa adverbial as theme macapai persentase sebanyak 71,43%, prepositional phrase as theme 0% dan complement as theme dengan 2 kali kemunculan memperoleh presentase 28,57%.
Kesimpulan
Dalam proses analisis teks “Suso : My life in LFC’s first team” bila dilihat dari data-data yang diperoleh berupa kemunculan conjunction, marked Topical themes, nominal group as theme dan adverbial as theme yang lebih dominan diantara yang lainnya, maka dapat disimpulkan teks tersebut memiliki tingkat coherensi dan cohesi yang cukup tinggi dengan bantuan kemunculan conjunction yang banyak. Selain itu teks tersebut mudah dicerna oleh pembaca sehingga pesan yang terkandung dalam teks dapat dimengerti dengan baik, hal tersebut ditandai dengan kemunculan unmarked topical themes yang sangat banyak.



REFERENCES

Eggins, S. (1994). An Introduction to Systemic Functional Linguistics. London: Pinter Publishers Ltd.
Gerot, L. And Wignell, P. (1994). Making Sense of Functional Grammar. Sidney: Antipodean Educational Enterprise (AEE).
Halliday, M.A.K. (2004). Introduction to Functional Grammar. London: Edward Arnold
Hornby, A.S. (2003). Oxford Advanced Learner’s Dictionary. New York: Oxford University Press.
Lehtonen,M. (2000). Cultural Analysis Of Texts. London: SAGE publication Ltd.
� ��ni(

3 comments:

  1. Thank you Ita, this article makes me more understand about SFL and Transifity :)

    ReplyDelete
  2. Thanks ita. It's a good reading

    ReplyDelete
  3. are your lecture is mr. lala bumela ? omg! he is my favorite lecture!

    ReplyDelete

Copyright at It's Yours - 2013

Designed by makmalf