It's Yours

I just wanna talk what I want to talk.
There's no big idea down, But hope the simple thought will be a great simplicity.

Sunday 2 June 2013

Menolak keterbentukan kerja kelompok


Kerja kelompok?


Kerja kelompok merupakan kegiatan yang biasa dipilih oleh guru / dosen dalam memberikan tugas-tugasnya baik dalam kelas maupun dibentuk untuk dilakukan diluar kelas.

Kerja kelompok tentulah tidak selamanya buruk, saya akui, hal tersebut baik apabila digunakan pada siswa dalam level elementary alias sekolah dasar, dimana tujuan dari kerja kelompok yang utama yakni memecahkan masalah bersama-sama dengan teman akan membantu proses berpikir yang lebih luas dan menumbuhkan rasa saling menghargai dan yang lainnya, ya intinya kalo buat perkembangan sosial anak yang memang sedang dalam tahap pengenalan itu, kerja kelompok bisa dijadikan sebagai good way untuk menciptakan siswa yang diharapkan. hihi

Akan tetapi kerja kelompok sudah tidak efektif dan sangat saya tolak keberadaannya pada waktu sekarang ini. Ya, walaupun mau tidak mau memang harus saya jalani, karena metode tersebut ternyata masih seriiiing digunakan oleh pendidik di tahap universitas seperti yang saya rasakan saat ini.

Beberapa hal yang membuat saya muak dengan kerja kelompok diantaranya :


1. Rasa mengandalkan teman

Dari 10 orang yang saya tanya secara pribadi mengenai pendapat mereka terhadap kerja kelompok, ternyata 7 diantarannya menyatakan tidak suka dalam kerja kelompok, dengan pendapat yang sama percis dengan yang saya rasakan, bahwa dalam kerja kelompok, sering kali beberapa anggota kelompok yang lain mengandalkan seseorang yang berada dalam kelompok tersebut, ya mungkin saja karena dianggap lebih menonjol secara akademik atau labih rajin, dan selama pengerjaan tugas kelompok tersebut mereka yang hanya numpang nama itu acap kali acuh, jangankan ikiu berpartisipasi banyak dalam pengerjaan, bertanya sudah sejauh mana tugas yang dikerjakan saja jarang dilontarkan dan hal tersebut sudah sering terjadi dalam kegiatan yang disebut "kerja kelompok" atau "kerja sama dalam kelompok".

2. Dibentuk dengan para pemalas

Guru / dosen sering kali membentuk kelompok yang entah beliau-beliau ini sudah tahu kasus-kasus yang sering terjadi dalam kelompok, mereka membagi kelompok sering kali dengan 1 atau 2 anggota yang dianggap mampu dan 5 mereka yang dianggap membutuhkan uluran tangan. Pembagian tugas yang sering dilakukan oleh para ketua kelompok, biasanya kalo lagi mujur sih setiap anggota melakukan kewajiban mereka masing-masing, tapi dalam kerja kelompok terasa banyak hal yang diluar perkiraan, ada saja anggota kelompok yang ogah-ogahan, lelet dan bahkan cuek dan memberi seribu alasan karena belum kelar ngerjain tugasnya dan ujung-ujungnya satu orang lagi harus putar otak dan kerja lebih keras guna nutupin kesalahan yang terjadi tersebut. Apabila mengeluarkan anggota kelompok yang malas tidak akan berdampak jelek, hal tersebut sangat baik untuk dilakukan, ya efek jera mungkin bisa mendewasakannya.

3. Tidak pernah ada titik temu alias beda paham terus

Ya, seperti saya singgung di awal, tujuan kerja kelompok ya nyatuin paham yang beda agar lebih kaya dan bermakna, nah kalau paham dalam kelompok tidak menemukan titik temu dan hanya menimbulkan debat kusir apa jadinya? Sayang sekali ide dari kepala-kepala yang ada dengan argumen yang bagus and kuat itu kalau harus dilebur demi menjaga perasaan hati dan pikiran anggota kelompok, ibarat seseorang yang ingin menyebrangi smudra tapi ter[erangkap dalam sepetak kolam yang berada di laut. Tidak bebas dan keterbatasan mengexplore kemampuan sungguh sangat mengganggu.

4. Memperkuat rasa malas dalam diri si pemalas

Ibu/bapak.....tugas sebaiknya dilakukan secara individu, dijamin semua orang akan berperan aktif. Karena merasa ada tanggung jawab dan kewajiban di pundak mereka untuk mendapat nilai atau melengkapi tugas. "Ah tetep aja para pemalas dalam melengkapi tugasnya suka nyontek juga tuh?" nah setidaknya, dengan nyontek mereka ada usaha, dan mau tidak mau jadi ikut bacalah setidaknya. Kerja kelompok hanya surga dan pemanjaan untuk mereka yang malas.

Kesuksesan kerja kelompok dapat dilihat dari presentasi di kelas loh sebenarnya. Loh kok bisa? iya, penjelasan materi yang baik dan gamblang, juga sebarapa banyak anggota kelompok yang aktif dalam menjawab pertanyaan. hal tersebut bisa dijadikan tolak ukur, kalau saat presentasi kebanyakan anggota cuma nongkrongin layar atau buku dan saat sesi tanya jawab hanya ada 1 atau 2 yang dominan dalam menjawab itu artinya tujuan kerja kelompok dalam kelompok tersebut sangat gatot (gagal total).

Solusi yang saya sangat harapkan kedepannya, kalaupun metode ini masih ada, semoga setiap anggota menyadari kewajiban masing-masing, toh untuk kebaikan dirinya sendiri dan tidak terlalu ngebleng dalam quiz atau ujian. Dan syukur-syukur kalau tugas individu yang ditekankan, agar semua orang percaya dengan kemampuan dan potensi yang ada dalam dirinya, tidak lagi mengandalkan pihak lain yang itu juga belum tentu selalu benar. Nah apabila tugas individu terasa terlalu berat, maka sewaktu-waktu bentuk saja kelompok belajar untuk sharing, tanpa membuat kesimpulan dan menggiring yang lain terhadap satu pandangan/ pemikiran seseorang.

Pemberian tugas secara individu berarti pemberian kesempatan dan kepercayaan pada seluruh murid terhadap potensi diri yang dimiliki. Biarkan lah setiap anak diberikan ruang untuk berpikir, berargumen dan menuangkan gagasanya secara luas dan tanpa terbatasi sedikitpun.

No comments:

Post a Comment

Copyright at It's Yours - 2013

Designed by makmalf