It's Yours

I just wanna talk what I want to talk.
There's no big idea down, But hope the simple thought will be a great simplicity.

Thursday, 12 March 2015

Tak bersayap

Langit menangis, membasahi dedaunan… bahkan yang sembunyi sekalipun. Sore ini gelap, aku tak bisa menemui temanku seperti ku lakukan setiap sore sebelumnya. Ku coba hangatkan diri, ku dekatkan tubuhku di balik sayap ibu, meski sebenarnya sarang kami tak seluas yang lain.
Mata ini masih saja belum terjaga. Aku larut dalam kesepian, melihat bayanganku sendiri digenangan air yang hampir membanjiri diriku. “Aauuuuuuuww….” Aku terperangah dan sedikit bergetar mendengar raungan itu. Ibu bilang itu srigala. Hewan buas yang kerap kali membuat ku dan kawanan merasa selalu diawasi. Kucoba membayangkan langit gelap malam ini penuh bintang dan ku hitung satu demi satu, berharap kantuk segera memanjakan ku.
Bau ini sangat nikmat, bau kegemaran ku, badan ku pun sangat hangat, hingga kudengar bisikan kecil ditelingaku mengajak ku membuka mata. Ternyata benar, aku malu hari ini. Ku duakan mentari yang sering ku kagumi dan ku ajak berbincang sedari dini hari dengan buaian peri mimpi yang mencoba terus merayuku untuk menemaninya. Lalu ku kejar asal bisikan yang membantuku kembali. Ia angsa putih yang sangat cantik, aku menyukai dirinya saat pertama melihatnya. Lalu kami bersahabat baik sebagai angsa betina di hutan ini, the brass jungle.
Namanya snow, nama yang cocok selembut dia terlihat. Aku masih ingat saat itu, saat aku berbincang dengan anak ikan di pinggiran danau kuning. “Hi, namaku snow. Mari ikut aku bermain!, tak baik sendirian”. Entah mengapa, aku yang saat itu selalu menutup diri dan menikmati setiap detang jantung dengan duniaku, beranjak dari tempat ku dan mengikutinya. Aku dibawa pada sekelompok angsa yang cantik-cantik. Mereka putih bersih dan memiliki sayap yang indah. Jauh berbeda dengan aku, angsa kuning yang kecil dan bahkan tak bersayap.
Aku tertawa, menertawai perkataan lucu kawan-kawan baru ku. Aku hanya bisa menjadi pendengar saat itu. Hingga ibu ku memanggil dari kejauhan, member tanda aku untuk segera pulang. Ibu ku memang selalu begitu, selalu menghawatirkan ku, hingga ku selalu merasa aku tak akan pernah dewasa, lalu ku salahkan sayapku yang tak pernah ada, yang menjadi alasan ini semua.
Bulan demi bulan terlalui, musim kini berganti menghangat bahkan menyengat. Aku berlari bersemangat seperti hari-hari biasanya, kini aku berubah. Menjadi angsa yang gemar bergurau dan banyak omong. Aku cenderung memimpin di kelompok ku ini dan sering ku ceritakan kisah gila yang aku hasilkan dari imajinasiku yang liar. Lalu mereka selalu memujinya. Aku diam melihat semua kawan ku tertawa, entah angsa macam apa aku ini, Nampak seperti angsa pelawak. Tapi aku menikmati setiap tawa dari mereka. Hingga akhirnya aku jatuh cinta.
Aku jatuh cinta pada angsa hitam. Kelompok ku mendukungnya, begitupun dengan snow. Namun hal tersebut tak lama. Snow menolak ku mencintainya. Katanya aku tak pantas memilikinya. Lalu ku berlari menemui teman ikan ku. Ku utarakan semuanya, lalu ia menyuruhku untuk menanyakan larangannya itu, karena mungkin angsa hitamlah yang tak pantas untuk ku.
Aku menemuinya. Katanya dia marah, aku pernah bersalah dan aku pernah nakal. Sehingga ia menyimpulkan untuk membenciku dan memutuskan aku tak pantas bersama angsa hitam. Angsa jantan yang memang terlihat bijak dan penuh dengan kebaikan. Lalu ku minta maaf, maaf dan maaf atas segala salah dan nakal yang aku lakukan, berharap ia tak membenciku. Ia menerima itu, tapi ia tak lagi mau menemui ku, bahkan melihat ku meski sedetik saja. Ia terbang, terbang, sedang tak ada lagi yang aku bisa lakukan. Aku tak bersayap.
Berminggu aku datang ke tempat biasa aku berkumpul dengan kawanan ku, tapi lagi-lagi Snow saja lah yang tak muncul. Aku hanya bisa terus menunggunya, namun entah sampai kapan. Ia bebas pergi dan kembali, ia memiliki apa yang tak aku miliki. Ku lihat lagi bayangan ku di air, aku masih sama. Angsa kuning tak bersayap. Tak kan berubah. Menunggu angsa cantik sahabat ku menemui ku, memberikan penjelasan kemana saja ia dan mengapa harus terbang. Aku tak bisa mengejarnya.

2 comments:

  1. Bebicara lewat angsa, kamu selalu bisa memberikan metafor yang indah je.

    ReplyDelete
  2. kamu saja yang melihatnya dari sudut keindahan kamu sendiri bay. hehe

    ReplyDelete

Copyright at It's Yours - 2013

Designed by makmalf