Entah apa nama yang tepat untuk ku, tapi kurasa tokoh dicerita dongeng yang selalu menjadi favoritku adalah pilihan satu-satunya. Snow White.
Aku bukanlah Snow White sungguhan, jadi aku tidak tertidur dalam jangka waktu panjang hanya karena nenek-nenek yang memberiku sebuah apel lalu aku tertidur setelah memakannya.
Cerita ini bermula dari kesialanku hadir di dunia ini, tak akan ada yang lebih malang dari diriku. Tentu saja, aku terlahir dengan sifat yang sungguh aku benci. Orang tuaku mengatakan bahwa sifat ini tidak aku bawa sejak masih bayi, tapi kejadiaannya amat sangat menakutkan hingga mereka tak pernah melanjutkan apa dan mengapa aku seperti ini.
Tapi terkadang aku mengingat hal aneh dalam pikiranku, aku melihat gambarku sendiri, bersepeda didalam hutan. Saat itu aku aku melihat bunga merah tepat dibawah pohon besar. Aku tak tahu nama dan jenis pohon itu, yang jelas tak ada seorangpun yang bisa melihat dimana ujung pohon tinggi besar itu.
Aku bersepeda dan menyematkan bunga merah itu di telingaku, dan tak lama setelah itu. Ada burung glatik kecil mengitariku dan membuang kotoran tepat di kepalaku.
Setelah kejadian itu, aku tak ingat apa-apa, aku tiba-tiba tumbuh dewasa dan menyukai seorang pria. Aku bertemu dengannya di sekolah menengah atas, dan saat itulah aku merasa sesuatu yang salah terjadi padaku. Aku sangat menyukainya melebihi apapun, aku tak mau apapun atau bahkan siapapun. Dan aku rasa saat itu dia pun merasakan hal yang sama.
Kami banyak membuat cerita, berjalan sangat jauh dan tertawa.
Orang-orang melihat kami dengan mata piciknya, seolah ingin memisahkan kami. Aku selalu gemetar dan tak bisa tidur dengan tenang, mukaku pucat dan pandangan ku kosong.
Tibalah saat orangtua ku membawa ku pada suatu tempat dan banyak mengobrol dengan pria tua yang tinggal di dekat hutan saat aku memetik bunga dulu. Ada hal yang membuatku kaget, dia mengatakan bahwa aku terkena kutukan, dan kutukan itu akan membuatku setia dengan perasaan yang ada dalam diriku, dan ini maksudnya aku akan setia dengan pria yang aku temui di sekolah menengah atas beberapa tahun lalu. Ya, aku memang merasakannnya.
Pantas saja aku tak pernah tertarik dengan orang lain, tak menikmati kesenangan dari yang lain. Mungkinkah aku akan merasakan kutukan, hidup dengan kesetiaan selamanya? apakah dia yang sangat aku suka akan seperti itu juga?.
Aku sempat berusaha berulang untuk memecahkan kutukan ini, banyak pria dengan segala kekuatannya mencoba untuk mengetuk hatiku, tapi itu sia-sia. Baru sja ku buka baju ini, mereka sudah kehilangan segala energinya.
Hingga akhirnya aku mengetahui, lelakiku mampu memecahkan kutukannya sendiri. Tak ada umpatan yang mampu mewakili perasaan ini. Kaki ini tiba-tiba lumpuh dan aku tidak bisa lagi untuk mengejar dan mempertahankannya.
Lalu pada akhirnya aku tak sadarkan diri.
Orangtuaku menemui pria tua itu lagi, dan beruntungnya aku. Ada satu cara yang bisa mematahkan sihir dan mantra ini. Aku harus dicium oleh pangeran. Tapi orang tua ku tidak terlihat bahagia. Mereka mengetahui bahwa aku tidak akan mungkin membaik dengan hanya karena ciuman seorang pangeran yang sangat asing. Tapi setidaknya, ciuman itu bisa membangunkanku meski entah sampai kapan akan bertahan.
Senja itu, orangtua ku, keluargaku dan seorang pangeran bayaran datang, orang tuaku membayar ciuman murahannya dengan rumah orangtuaku sendiri. Tidak menunggu lama pangeran B yang lancang itu tiba-tiba sudah mencium bibir ini, ia menciumnya dengan sangat berhasrat seolah tak mau melepaskannya, hingga ku gigit saja bibirnya.
Aku memang terbangun tapi tidak untuk waktu yang lama, aku memandangi semua yang datang ke hutan di bawah pohon raksasa ini. Aku mencium orang tua ku, dan aku merasakan mukzizat saat itu. Aku sangat tenang, pikiran ini ringan, tak ada yang mengacaukan hati dan pikiran ini. Semuanya seperti sekumpulan cahaya putih saja. Lalu aku terbaring lagi dan melihat gelatik kecil bernyanyi mengantarku ke tempat asing yang jauh jauh lebih tenang dan menyenangkan. Dan aku tinggal di sana selamanya.
No comments:
Post a Comment