Hasil terjemahan pribadi.
1. Basic trust vs mistrust (Oral sensory)
1. Basic trust vs mistrust (Oral sensory)
Tahap
ini muncul diantara manusia masih dalam usia 0 bulan sampai 18 bulan.
Berdasarkan Erikson TVM (trust vs mistrust) ini merupakan tahapan paling
penting dalam periode setelahnya. Anak dalam tahapan ini sangat membutuhkan
perhatian yang terbaik dan maksimal dari perawat dan orang-orang sekitarnya,
terlebih mengetahui bahwa selama ada dalam tahap ini anak selalu meniru atau
belajar dari orang dilingkungannya.
Sudah
kita ketahui bahwa tangisan bayi bisa mengindikasikan bahwa bayi yang menagis tersebut haus, lapar atau
bahkan sekedar menmbuang kotoran, dan orang tuanya tentulah memenuhi apa yang
diharapkan bayi tersebut, dan akan selalu melakukan tindakan yang sama hingga bayi
tersebut berada di masa balita. Dan saat anak merasakan cinta dari orang yang
disekitarnya, anak tersebut akan menyimpan kepercayaan pada orang-orang
tersebut. Namun berbanding terbalik bila kebutuhan bayi tersebut tidak
terpenuhi, karena akan tumbuhlah rasa hilang kepercayaan dari anak tersebut
(mistrust) terhadap orang disekitarnya.
Anak
akan tumbuh dengan rasa penuh aman dan tenang ketika anak tersebut bisa percaya
dan berhasil membangun keparcayaan terhadap orang disekitarnya.
2. Autonomy vs shame and doubt (Muscular-anal)
Erikson berpendapat
bahwa, anak di tahap ini difokuskan pada pengembangan indra dari kontrol
pribadi. Tahapan ini dialami oleh anak diusia 18 bulan hingga 3 tahun.
Penerimaan
rasa/pengindraan dari/terhadap kontrol pribadi merupakan tahapan penting di
periode ini. Penggunaan perasaan dalam tahap ini akan menciptakan kemudahan
pengontrolan emosi anak. Selain pemberian rasa cinta, pemilihan makanan,
pakaian, mainan juga dibutuhkan untuk diperhatikan. Anak yang sukses ditahap
ini akan merasa terjamin, percaya diri, sedang apabila komponen diatas tidak
terpenuhi, mereka akan merasa tidak percaya diri dan memunculkan rasa
keragu-raguan terhadap orang disekitarnya.
3. Initiative Versus Guilt
Tahapan ini muncul
ketika anak berada dalam usia Pra-sekolah (3-5) tahun. Dalam tahapan ini anak
mulai menunjukan kemampuan mereka, yang bisa kita amati dan cermati dalam
permainan anak secara langsung dan atau interaksi sosial lainnya.
Anak-anak menunjukan
kontril dan kemampuannya terhadap orang dilingkungannya dengan melakukan
inisiatif, yaitu berupa merencanakan banyak kegiatan, seperti mengerjakan
tugas-tugas dan tidak takut untuk menghadapi tantangan. Dalam tahap ini sangat
penting untuk pengasuh untuk mendorong anak agar dapat mengeksplorasi dan
memilih pilihan dari berbagai pilihan yang tersedia dengan tepat. Orang tua
yang biasa menakut-nakuti anak (disengaja/tidak) akan membuat anak berada dalam
ketakutan untuk menunjukan siapa dia dan sejauh mana dirinya telah berkembang.
Selain itu juga, hal tersebut akan membuat anak tersebut sering bergantung pada
orang lain. Pengalaman bermain dan berimajinasi dalam tahap ini memiliki perang
yang penting. Anak akan merasakan kebebasan untuk memunculkan inisiatif mereka
sendiri.
Sukses dalam tahap ini
akan menggiring anak kepada tahap yang sesuai harapan, sedang bila gagal dalam
tahap ini, anak akan hidup dalam perasaan yang terus dibayang-bayangi rasa
bersalah dan takut dalam memunculkan inisiatifnya sendiri.
4.
Industry VS Inferiority
Fase
ini terjadi ketika anak berada dalam usia 6-11 tahun. Erik berpendapat bahwa
sekolah dan interaksi sosial, anak mulai membangun rasa bangga terhadap
prestasi dan kemampuan-kemampuan mereka sendiri.Selama dalam tahapan ini, anak
menjadi mampu dalam menunjukan peningkatan tugas-tugas kompleknya. Sebagai
hasilnya, mereka bekerja keras untuk menguasai keterampilan baru. Anak yang
mendapat dukungan dan masukan dari orang tua, guru dan orang disekitarnya dapat
membangun perasaan dalam kompetensi dan kepercayaan dalam keterampilan mereka.
Sedang yang tidak mendapatkan dukungan dan masukan dari guru, orang tua dll,
akan dihinggapi rasa ragu terhadap kemampuan merekan untuk dapat meraih kesuksesan.
Tahap ini sangat penting, terutama dalam pembangunan kemampuan anak dalam
kompetensi membaca, menggambar, menulis dan pemecahan masalah.
5.
Identity VS Confusion
Tahapan
ini muncul pada anak berusia 12-18 tahun. Remaja dalam tahapan ini harus
membangun rasa dari diri sendiri dan identitas pribadi. Selama masa remaja ini,
anak mencari kepercayaan dan pembangunan jati diri mereka. Mereka membuat dari
remaja ke arah dewasa. Anak remaja biasanya dihadapkan pada masalah bagi mana
mereka layak berada dalam masyarakat. Remaja acap kali melakukan percobaan
dengan aturan-aturan yang berbeda, aktifitas dan kebiasaan yang berbeda pula.
Menurut Erikson, tahapan ini penting dalam membentuk identitas yang kuat dan
pembentukan sense dalam hidup secara langsung. Apabila dalam pembentukan
pribadi sudah tidak maksimal, maka anak tersebut akan dihadapkan dengan
ketidakpercayaan terhadap diri sendiri dan bingung dengan masa depannya.
6.
Intimacy VS isolation
Tahapan
ini muncul di awal kedewasaan usia seseorang (19-40 tahu). Dalam tahapan ini
banyak konflik yang muncul untu membentuk keintiman, hubungan cinta dengan
orang lain. Erikson percaya bahwa memiliki rasa yang kuat akan membawa kita
pada bentuk hubungan yang intim pula. Penelitian menunjukan bahwa rasa yang
minim akan menghilangkan keintiman yang bisa terjalin. Hingga memunculkan rasa
terisolasi, kesepian dan depresi.
7.
Generativity VS Stagnation
Tahapan
GVS ini berada ditengah-tengah usia yang sangat dewasa (40-65 tahun). Disaat
ini, orang dewasa bekerja keras untuk menciptakan hal-hal alami yang bermanfaat
untuk mereka sendiri, misalnya dengan memiliki anak atau menkontribusi hal-hal
positif yang bermanfaat untuk orang lain. Kontribusi terhadap masyarakat dan
melakukan banyak hal-hal bermanfaat agar dapat dirasakan oleh generasinya
dimasa yang akan datang. GVS ini lebih sama dengan ‘membuat jejak’ di dunia,
melalui peduli pada sesama, menciptakan banyak hal dan menyempurnakan banyak
hal hingga membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik.
Sedangkan
Stagnation merupakan kegagalan untuk mencari cara agar bisa membuat atau
menciptakan sumbangan/karya. Individu-individu yang mengalami ini mungkin
mengalami ketidak cocokan atau penolakan dari komunitasnya di masyarakat secara
keseluruhan.
Orang
yang sukses dalam tahap ini akan aktif baik di rumah maupun luar rumah
(masyarakat) dalam mengkontribusikan keterampilannya. Sedang yang gagal tentu
saja akan tidak produktif.
8.
Integrity VS Despair
Tahapan
ini muncul diakhir kedewasaan usia seseorang, yaitu 65 tahun keatas. Dalam
periode ini Orang tersebut nampak menunjukan sikap di periode yang pernah ia
alamai selama masa hidupnya. Misalnya kembali ke masa anak-anak. Dalam tahap
ini pula orang sering dihinggapi rasa bersalah dan kesedihan hati akan
kesalahan di masa lalu.
Adanya
rasa sayang dan bangga pada orang di tahp ini akan membuat orang tersebut
memiliki integritasnya sendiri. Kesuksesan dimasa ini akan mengurangi perasaan
menyesal yang ada dan lebih cenderung merasakan kepuasan atas kehidupan
sebelumnya, ia akan merasakan kebebasan hingga dihadapkan pada kematian.
Sedangkan
lain halnya dengan orang yang gagal di pase ini, ia akan merasa hidupnya tidak
berarti dan banyak pengalaman hidupnya yang ia sesali. Hingga akhirnya mereka
pergi dengan meninggalkan rasa penuh bersalah dan keputusasaan.
Erikson, E.H. (1968) Identity: Youth and Crisis. New york: Norton.
Erikson, E.H. (1963) Childhood and Society. (2nd ed.). New York: Norton.
Erikson, E.H. (1968) Identity: Youth and Crisis. New york: Norton.
Erikson, E.H. (1963) Childhood and Society. (2nd ed.). New York: Norton.
No comments:
Post a Comment